ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Aming dua hari dua malam tidak tidur. Ia juga tak berselera makan. Benaknya dipenuhi bayang-bayang Raja Isep, seekor Love Bird asal Belanda.
Aming terlanjur jatuh cinta pada burung kecil yang masuk keluarga burung betet itu. Raja Isep waktu itu dimiliki seorang kolektor burung asal Jakarta. Aming terus menerus merayu sang kolektor agar bersedia melepas Raja Isep untuk diboyong ke Pangkalpinang.
Setelah rangkaian negosiasi harga yang cukup alot, pemilik lama Raja Isep akhirnya merelakan Love Bird mungil itu dibeli Aming dengan bandrol harga Rp 80 juta.
"Dua hari dua malam tidak tidur, tidak makan, saya merayu beli si Raja Isep. Akhirnya Rp 80 juta dilepas," tutur Aming mengisahkan upayanya membeli Love Bird kelas wahid itu kepada Bangka Pos Group, Sabtu (17/11/2012).
Aming memang tergila-gila pada burung kicau. Hobi itu membuat dia rela mengucurkan ratusan juta rupiah untuk memuaskan keinginanya mengkoleksi burung mahal. Tidak sembarang burung dipelihara Aming, koleksinya adalah kelas burung kontes. Investasi terbesar Aming ada pada Love Bird.
Aming rela melepas rupiah hingga puluhan juta lantaran Si Raja Isep bukan sembarang Love Birds. Burung itu sudah malang melintang sebagai jawara Love Birds di sejumlah kontes kicau burung.
"Sudah terbukti dan saya menang di mana-mana. Memang kalau burung juara, harus pandai-pandai merawatnya," kata Aming saat berbincang di gudang sekaligus tempat usahanya di daerah Jalan RE Martadinata, Pangkalpinang.
Perawatan burung mahal seperti si Raja Isep tentu tak sembarangan. Aming memberi ruangan dan perawatan khusus untuk burung-burung kontes yang ia koleksi. Pakan burung bahkan dia impor dari Eropa.
"Saya siapkan ruangan khusus. Minumnya Cap Kaki Tiga (minuman kebugaran). Makanannya saya impor dari Belgia, diberi susu. Kadang harus ninggalkan anak istri kalau cari burung, " ungkap pria yang juga menekuni usaha jual beli burung ini.
Koleksi Aming tidak hanya si Raja Isep. Ada ratusan Love Bird yang ia miliki. Sebagian Love Birds diperjualbelikan. Meski membutuhkan modal besar, Aming menilai hobinya ini bukan sekedar memuaskan keinginan mengoleksi burung belaka, tapi bagaikan berinvestasi pada umumnya. Bisa memberi keuntungan, namun tak menutup kemungkinan juga untuk merugi.
"Kalau punya modal kuat, beli burung baru, ikut kejuaraan, menang. Saya beli burung mahal bukan hanya si Raja Isep. Kalau juara kita tinggal petik hasilnya. Saya tidak main-main dengan hobi ini," tandas pria yang memiliki toko mainan di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Pangkalpinang ini.
Sebagai bukti keseriusannya, Aming tengah membangun rumah burung, sebuah bangunan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan para pecinta burung kicau di Bangka.
"Saya saat ini sedang menyiapkan rumah khusus burung. Saya habiskan sekitar Rp 750 juta, saya buat tempat aduan, rumah burung dan tempat bersantai para penikmat burung, ada karaokenya," ujar Aming.
Hobi Aming pun kini berkembang menjadi bisnis yang menggiurkan. Tak hanya sekedar mengoleksi burung yang memiliki nilai jual tinggi, Aming mengembangkan modal ke usaha pembuatan kandang burung hingga ke usaha toko mainan.
Aming pun merektrut puluhan pekerja yang terampil membuat kandang burung di Solo, Jawa Tengah, untuk mendukung usaha pembuatan kandang burung yang sedang ia rintis.
"Kini saya buat usaha pembuatan kandang. Pekerja saya di Solo ada 35 orang. Aming 88 (toko mainan) itu punya saya," katanya.
Love Bird memang sedang menjadi idola di kalangan penggemar burung kontes. Agung, seorang pemilik kios penjual burung di daerah Pujako Pangkalpinang menyebut peminat Love Bird di Bangka cukup banyak, hanya saja biaya mendatangkan burung ini ke Indonesia terbilang mahal.
"Kini saya buat usaha pembuatan kandang. Pekerja saya di Solo ada 35 orang. Aming 88 (toko mainan) itu punya saya," katanya.
Love Bird memang sedang menjadi idola di kalangan penggemar burung kontes. Agung, seorang pemilik kios penjual burung di daerah Pujako Pangkalpinang menyebut peminat Love Bird di Bangka cukup banyak, hanya saja biaya mendatangkan burung ini ke Indonesia terbilang mahal.
"Di Bangka, harganya sangat tinggi, peminatnya kuat. Biaya impornya mahal," kata Agung.
Agung mengaku belum mampu mendatangkan Love Bird langsung ke Bangka. Padahal burung itu sangat dicari, apalagi yang didatangkan langsung dari luar negeri, bukan peranakan.
"Memang bermacam-macam, ada yang maniak bahkan berapapun harganya dibeli," kata Agus.
"Memang bermacam-macam, ada yang maniak bahkan berapapun harganya dibeli," kata Agus.
Love Bird sendiri bermacam-macam jenis. "Ada yang dari Holand, dari Afrika dari Thailand. Untuk yang Lutino harganya minimal Rp 8 juta," kata Agung.
Agung bisa dikatakan sebagai contoh pengusaha yang mampu mengandalkan penghasilan cukup lumayan dari usahanya jual beli burung. Dari ketekunannya ini, Agung bahkan bisa membangun rumah. "Saya buat rumah uang dari jual beli burung," kata Agung. (k2)
sumber : tribunnews.com
0 Response to "Aming Relakan Rp 80 Juta Demi Love Bird Asal Belanda, Ternyata Ini Keistimewaannya..."
Posting Komentar